Mendekatkan Anak dengan Ulama
Mendekatkan Anak dengan Ulama ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 25 Sya’ban 1446 H / 24 Februari 2025 M.
Kajian Tentang Mendekatkan Anak dengan Ulama
Jika masjid hanya diisi oleh orang-orang tua, kemudian para orang tua tersebut wafat, apakah kira-kira masjid itu juga akan mati bersama dengan matinya para jamaahnya?
Maka di sini perlu adanya regenerasi. Salah satu cara agar anak-anak kita menjaga ajaran agamanya adalah dengan mendekatkan anak-anak ini kepada para ulama.
Apa keuntungannya? Ketika anak-anak ini didekatkan kepada para ulama, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, kepada ilmu, dan berakhlak mulia.
Dan jika anak ini sudah cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, apakah dia akan mencintai masjid? Tentu saja iya. Karena masjid adalah rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian apakah anak ini akan mencintai Al-Qur’an? Iya, dia akan cinta kepada Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an merupakan firmannya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Anak ini juga akan cinta kepada hadits, karena hadits merupakan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka mendekatkan anak-anak kita kepada para ulama adalah salah satu PR besar para orang tua.
Anak-anak kita ini akan menghadapi bermacam-macam tantangan di dalam kehidupan. Mereka akan menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Agar anak kita tegar dan mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut, maka kita perlu mendekatkan mereka kepada para ulama.
Caranya, terbagi menjadi empat poin.
Cara yang pertama adalah menjelaskan keutamaan ulama. Salah satu keutamaan ulama disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, bahwa ulama adalah pewaris para Nabi.
Jadi para Nabi itu tugasnya adalah berdakwah, mendakwahi ummat-ummat mereka. Namun para Nabi juga umurnya terbatas. Sekalipun Nabi Nuh alaihissalam yang umurnya lebih dari 1000 tahun, namun tetap ada akhirnya.
Nabi kita Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi wa Sallam adalah Nabi terakhir. Beliau juga usianya terbatas, wafat pada usia 63 tahun.
Jika para Nabi tugasnya adalah mendakwahi umat manusia, sedangkan memiliki keterbatasan usia, apakah kemudin dakwah itu akan berhenti dengan wafatnya para Nabi? Jawabannya: tidak.
Karena sampai kapanpun, umat manusia butuh bimbingan. Maka ketika para Nabi itu wafat, dakwahnya dilanjutkan oleh para ulama. Dimulai dengan para sahabat, kemudian para tabi’in, tabi’ut tabi’in, sampai ulama klasik maupun kontemporer.
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda,
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا
وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud)
Warisan ilmu lebih berharga daripada warisan uang, karena ilmu merupakan warisan para Nabi. Sesuatu yang diwariskan para nabi pasti lebih istimewa dibandingkan oleh sesuatu yang diwariskan oleh selain para Nabi.
Maka setelah kita jelaskan keutamaan para ulama kepada anak-anak kita, kita perlu membelikan buku-buku yang berisikan biografi para ulama. Contohnya kisah hidup Imam Bukhari, Imam Syafi’i, Imam Muslim, Imam Malik, dan lainnya.
Zaman sekarang sudah banyak bertebaran buku-buku tersebut. Berbeda dengan buku-buku di zaman orang-orang tua dahulu. Bukunya berisi kisah-kisah fiktif seperti cerita kancil mencuri ketimun, bawang merah bawang putih, malin kundang, dan sebagainya.
Zaman itu kita kesulitan menemukan buku-buku yang berisikan kisah para Nabi. Namun kini, setiap hari puluhan bahkan ratusan buku-buku diterbitkan bahkan isinya sangat menarik.
Maka kita harus meluangkan sebagian harta kita untuk membeli bahan bacaan anak-anak.
Kini, anak-anak kita lebih senang main hp sama seperti orang tuanya. Lalu apakah kita tidak terpikirkan untuk mengalihkan perhatian anak kita dari hp? Apakah kita pasrah saja setiap hari main hp berjam-jam. Apakah kita tidak berpikir bahwa kondisi tersebut adalah tidak normal? Kita harus berpikir tentang bagaimana caranya agar anak kita tidak memegang hp terus menerus. Berarti anak-anak harus diberi alternatif pengganti hp. Salah satu alternatif yang bermanfaat sebagai pengganti hp adalah buku.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya paling rendah minat bacanya. Maka jika kita perhatikan di tempat-tempat umum, apakah ada yang memegang buku? Tidak ada. Mereka memegang hp.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55035-mendekatkan-anak-dengan-ulama/